Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2017

X-Press Your Passion Dan Rindu Yang Tak Pernah Tuntas

Hari ini seorang kawan terlihat begitu lelah rautnya, tubuhnya terlihat getir dan bicaranya tak seperti biasanya, ia lebih banyak diam. Setelah menghabiskan kopi tarik kesukaannya, buah dari seorang barista berhijab dia kemudian meminta maaf tak  bisa menyambut pagi bersama, ia pamit. Katanya, ada agenda penting besok di tempat kerjanya, untuk itu dia  butuh istrahat yang cukup.   Seringkali memang tempat kerja mengambil banyak quality time kita, tuntutan sebuah legalitas profesionalisme, tapi bagi kawan yang satu ini tempatnya bekerja lebih dari sekedar pemenuhan identitas masyarakat modern, melainkan proses pembelajaran mengenai makna hidup yang lebih mendalam, menjadi manusia seutuhnya. Bekerja di tempat ini bukan sekedar urusan cuan, cuan dan cuan…melainkan ada banyak kesenangan di dalamnya, yang mungkin tak dapat terbayarkan oleh cuan berapa pun. Ada pembelajaran mengenai bentuk kesabaran ketika dikecewakan oleh rekan sejawat, ada pembelajaran mengenai saling menghargai keti

Doa Tukang Seduh Kopi Dari Balik Mini Bar

Salam sejahtera kawan-kawan, dan semua kegetiran kalian ketika melihat polantas di perempatan lampu merah. Berbincang dari balik mini bar dengan seorang gadis, rasa-rasanya aku ingin menambah jaga sift nya saja sampai pagi, atau andai bisa aku bunuh saja matahari sehingga tak ada alasan untuk meninggalkannya di ujung gang. Uppzzz…cukup, karena inti dari tulisan ini bukan aku yang penuh harap dengannya melainkan ingin membedah fenomena tempat ini menjelang dini hari, ketika semua orang wajahnya begitu terang karena pantulan bias cahaya layar 6 hingga 14 inci. Dari balik mini bar ini, hanya kami berdua yang seutuhnya menjadi manusia dengan perbincangan hangat dan benar-benar ‘real’ sedang yang lainnya, sibuk dengan dunia virtualnya. Fenomena ini mungkin seringkali kawan-kawan temukan di luar sana, ketika harapan begitu besar pada mereka yang mengaku teman, sahabat atau juga musuh kini terkalahkan oleh layar bersinar lalu kalian mulai merasa sendiri dan akhirnya mencoba untuk melam

Ritual ‘Pelepasan’ Diri Ala Tantra Vapor

Dia tak nampak, namun keberadaannya tak dapat terabaikan. Seperti doa para pewaris kejayaan, selalu ada api di setiap teriakan perlawanan pada rezim. Mungkin terdengar parau, sedikit sesak dan tertatih hanya saja kepalan tangan tak dapat dikendurkan. Peradaban sedikit demi sedikit bergeser, dari tangan terbuka menengadah ke langit ala para sufi hingga tangan di atas para social worker penuh modus. Dari para khilafah yang ikhlas menyebar syiar agama hingga para ulama yang sibuk di belantara media layar kaca demi rating . Begitulah cara kerja zaman, mendekonstruksi tafsir-tafsir filosofis menjadi jawaban-jawaban remeh temeh, “iya, suka aja”. Resah…? Jangan khawatir, karena dunia ini masih banyak memiliki orang-orang baik dan penuh makna dalam setiap geraknya. Mungkin mereka tak kasat mata karena kebulan asap dan wangi cream , tapi mereka ada di beberpa sudut kota sedang melakukan ritual-ritual kemanusiaan, bersenggama ala serat sentini dengan sedikit bumbu modernisasi di dalamnya

Berhentilah sampai disitu.

Benci itu noda darah paling haram Darinya muncul dendam kesumat Hingga kematian datang pada tanah perut bumi tak ada kata maaf Pengampunan milik nya karena kasih semua manusia itu yang empunya Kesalahan bukanlah yang pertama dari dosa, bukan juga cela Lalu siapa itu sempurna tanpa salah, kemanakah menjauh kesabaran kasih lemah lembut itu? Maka ada baiknya redam ke egoisan dan terima lah argumentasi dimensi nya Terimalah apa yang seharusnya kau terima darinya dan manusia lainnya, karena ada lagi kebaikan disana demi kesempurnaan.. Jangan kau paksa aku tertarik kepada kesedihan atas nama kematian,  terbunuh tidak semudah itu. Jangan menampilkan derai karena memaksa kehendak sebagai sesuatu yang harus kau rampas,  jangan menampakan tubuh jika hanya ingin bertanya dan aku tak punya jawabannya. Segalanya lebih cepat dari pada hitungan jam pasir,  terbanglah menjauh dari tersangka ini pada kasus yang tak ada habisnya karena semuanya sudah selesai.. Seperti malam malam biasanya d

‘Menggunjingkan’ Tuhan Lewat Hagia

Dan seketika saja, keriuhan tanpa komando sekelompok muda penuh bara melantun bersama vokal Iga… “Sempurna yang kau puja … Dan ayat-ayat yang kau baca … Tak kurasa berbeda … Kita bebas untuk percaya” . Sepenggal lirik Barasuara yang berjudul Hagia berhasil membawa kebersamaan, bagai kelompok Penta Costa pada sekolah minggu, sekelompok muda penuh bara larut di dalamnya. Bagi mereka, musik adalah perubahan dan tanpa musik perubahan akan terasa hambar. Begitu juga dengan sang Sufi, Nietzsche yang mengatakan bahwa, “Without music, life would be a mistake.” Ya, tanpa musik hidup hanyalah kekeliruan, bahkan kering. Melalui musik kita bisa dibuat bersemangat dan berbahagia, bahkan melankolia akan masa lalu yang indah. Tidak hanya sebagai hiburan , musik juga bisa dijadikan media perlawanan terhadap ketidakadilan politik dan melalui lirik-liriknya, kita dapat melek oleh kondisi sosial-politik-budaya. Dan Barasuara, begitu seksi melakukannya melalui lirik lagu Hagia. Sumber : /www.go

Menilai Etika Akun Instagram Soal Paku

Menjadi manusia seutuhnya hari ini sangat mudah, hal ini dapat dilihat pada persoalan seberapa banyak kita memposting gambar dalam media sosial atau juga seberapa syahdu kita menulis moment di dinding-dinding media sosial. Pagi ini, seperti biasa rutinitas awal adalah menyalakan layar 6 inchi dan membuka beberapa akun yang terintegrasi dalam satu alamat email. Agak nyiyir memang ketika melihat sebuah meme dari salah satu akun Buzzer di Instagram “Sayangnya Malaikat Tidak Akan Bertanya Seberapa Hits Anda Dalam Media Sosial atau Seberapa Banyak Jumlah Love dan Followers Akun Instagram Anda” Tak lama kemudian, seorang kawan mengirimi pesan singkat melalui Whatsapp “Kanda, Akun Instagram Soal Pa** Memposting Fotoku tanpa konfirmasi terlebih dahulu. Bagaimana ini Kanda? Dengan sedikit memperbaiki tata letak tubuh yang masih terbujur di atas kasur, saya membalasnya dengan cukup singkat, “Tunggu Kanda, bentar di kampus kita diskusikan”. Sumber : Googgle Kampus siang itu telah ramai, di

Membongkar Mitos Crows Zero

Sumber : Googgle Seperti biasa, pada malam-malam sebelumnya tempat ini menyisahkan beberapa pasang mata yang siap menantang matahari terbit sembari menemani bulan yang diacuhkan oleh sang bintang. Pembicaraan mengenai hal-hal remeh temeh seperti beberapa sosok yang selalu jadi bahan bully hingga konteks agama yang selalu seksi membangkitkan gairah intelektual kaum menengah ngehek disini. Hingga kemudian seorang pria separuh baya membawa kegelisahan ditengah desahan dan pekik tawa canda khas orang urban. Kegelisahan itu bernama mitos dan ideologi budaya Jepang dalam Film Crows Zero. Hmmm…sepertinya, kapal ini siap untuk berangkat, berlayar mengarungi samudera intelektual melalui diskusi dini berbalut semiotika film. Dimulai dengan ketidaksepakatan pria paruh baya mengenai pandangan awam bahwa Crows Zero hanya menonjolkan adegan-adegan kekerasan dan tidak mendidik. Apalagi, adegan-adegan tersebut banyak dilakukakan dalam lingkungan pendidikan formal.  Menurut pria paru ba

Berkaca Pada Simpanse Dalam Adventure Of My Lifetime

Hutan kala itu begitu tenang, bunyi-bunyi riuh gemericik air dan dedaunan yang tertiup angin menjadi satu dalam tawa interaksi sekelompok simpanse di bawah pohon. Situasi mulai menjadi sedikit berubah, ketika seekor simpanse menemukan satu alat yakni radiotape atau mini speaker . Dan video klip Adventure Of My Lifetime, salah satu judul lagu band Cold Play pun dimulai. Sumber : https://www.google.co.id/ Musik dan suara khas Chris Martin terdengar begitu harmoni, tapi mata ini tetap terfokus pada setiap gambar dalam video klip tersebut. Dalam memahami makna video klip, kita mesti mampu memisahkan lirik lagu, judul dan gambar. Karena seringkali bahasa gambar tidak bersinergi dengan lirik lagu dan untuk menghindari bias makna gambar, seharusnya memang lirik lagu tidak mengintervensi gambar. Dalam video klip Adventure Of My Lifetime, sekelompok simpanse setelah menemukan minispeaker , mereka kemudian bernyanyi, menari hingga bermain alat musik. Hal kedua yang dilihat adalah set

Pulanglah, Segera!

Ketika malam penuh keresahan, Senja sudah tak ada lagi, Pagipun mulai ingin bersahabat. Segelas ijen raung sendiri. Mulai hilang dan pergi, Berpapasan dengan sruputan penikmatnya. Hanya rasa asam yang tersisa dilidah. Sunyi, sepi,  tak ada cahaya rembulan yang kadang menghampiri dan menusuk dengan ribuan pertanyaan. Jalan pulang gelap gulita, Sampah visual sudut-sudut kota  tak terlihat oleh mata. Kebisinganpun tak ada. Kadang kala orang berkata, Sunyi itu tenang. Tapi tidak malam ini.

Rentan.

Untukmu Tak Lagi meninggi Yang Baik adalah tak perlu terisi Biarkan saja aku meredam Tapi jangan pernah merekam Suara yang lebih tinggi layaknya emosi Dan perilaku bertindak sebagai tuan Rumah pun terasa seperti hunian peri Maka ajakan baik pun bagai hujatan Malam hari adalah kegelisahan dalam kegelapan Cahaya pun jadi penerang kegelapan atau teman Ingatan tak ingin lagi tersimpan lalu pergi dengan sopan Beranjak dari kursi meletakan buku dan kacamata setan Bulan dan bintang semakin nyata bahwa itu malam Tak ku percaya lagi ramalan cuaca karena malam begitu hitam Putih, kematian bukan hanya gelapan dan kain hitam Duka yang mendalam,  terlalu sedih untuk merasakan kelam Mata uang tersisihkan karena angka angka besar selalu memikat Lebih bernilai ekonomi ketimbang makna dan hakikat Indeks harga saham tradisional membuat pedagang terlihat jahat Paras yang memikat agar bisa hidup sebagai penjilat Tak banyak tahu siapa sebenarnya Tan malaka bagi Indonesia Bukunya t

Daynolie.

Sabtu dini hari,  waktunya rehat sejenak setelah rutinitas dan tidak ada kata reuni dengan seisi mini bar kedai kopi sudut kota, duduk termenung berharap orang orang baru akan datang mengakrabkan diri sampai pada pagi hari pun tiba.. Tak kunjung ada, motor tua itu serasa melambaikan tangan nya memanggil ku.. Tak patut di acuhkan, ku kendarai dia menyusuri malam sembari tersenyum lepas dengan beberapa kata kata bernada ku teriakan tanpa sadar.. "inilah jalan jalan tanpa kenangan manis, seakan semuanya harus terasa manis. Semanis kisah cinta muda mudi " Jalanan tak terlalu sepi, motor tua antik bertenaga muda.. Pengemudi muda, tersobsesi untuk tidak akan takut pada apapun bahkan pada kematian menurutnya itu adalah jawaban... Malam itu lebih tenang sedikit remang dari lampu lampu yang bersandar di sudut sudut bangunan kota sebagai simbol simbol modernisasi. Tak ada ragu, tak ada pilu, tak ada juga sesak di dada karena ada yang harus di kejar ataupun di buru, apalagi ketaku